ETNOMATEMATIKA: PERMAINAN TRADISIONAL LAYANGAN (MATERI BANGUN DATAR LAYANG-LAYANG)

Nama : HENDY RIFKI SAPUTRA

Nim.   : 126205201050

Mata Kuliah: Desain Media Komputer Berbasis Web

Dosen Pengampu: Harisman Nizar, M.Pd

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG 



PEMBAHASAN 

Metode Pembelajaran berbasis etnomatematematik dapat mengubah paradigma matematika, bahwa matematika erat kaitannya dengan aktifitas manusia dan memiliki hubungan dengan budaya serta dapat dipelajari dengan cara yang menyenangkan. Hasil penelitian Martyanti & Suhartini (2018) mengungkapkan bahwa pembelajaran matematika yang dikemas dalam konteks budaya dapat digunakan sebagai jembatan bagi peserta didik dalam menumbuhkan konsep matematika. Pembelajaran matematika dengan mengaitkan unsur budaya lokal yang telah melekat pada kehidupan masyarakat dapat menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna dan menarik bagi perserta didik, selain itu, secara tidak langsung dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya lokal.

Metode pembelajaran matematika berbasis etnomatematika dapat dikembangkan dengan memanfaatkan permainan tradisional. Berdasarkan penelitian Fauzi & Lu’luilmaknun (2019) permainan tradisional tidak hanya menyenangkan tetapi juga mengandung konsep matematika dan nilai-nilai budaya. Selain itu diperkuat oleh penelitian Rudyanto & Pratiwi (2019) mengatakan bahwa pemanfaatan permainan tradisional dapat dijadikan sebagai salah satu inovasi dalam pembelajaran matematika menjadi lebih efektif sehingga tujuan belajar matematika dapat tercapai.Berdasarkan hasil analisis permainan tradisional layangan memiliki unsur-unsur matematika, sehingga permainan tradisional layangan dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran matematika khususnya pada materi bangun datar layang-layang. Selain dapat menanamkan konsep matematika pada peserta didik, penggunaan layangan sebagai media pembelajaran matematika juga dapat membantu menumbuhkan nilai-nilai karakter dalam diri peserta didik. Dengan memperkenalkan permainan layangan sebagai media pembelajaran matematika, secara tidak langsung peserta didik diajarkan dan dibiasakan untuk mencintai dan Melestarikan budaya permainan tradisional.

MATERI 

Layangan merupakan permainan tradisional yang populer di daerah Kabupaten Lamongan Jawa Timur, layangan biasanya dimainkan oleh anak-anak maupun dewasa di tanah lapang. Layangan telah ada sejak ribuan tahun yang lalu, layangan digunakan untuk menangkal kejahatan, menyampaikan pesan, dan bahkan digunakan untuk menentukan fenomena alam dan mengukur cuaca. Namun pada saat ini pengunaan layangan hanya diterbangkan untuk kesenangan saja.

Permainan tradisional layangan memiliki unsur-unsur matematika yang disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2.



Gambar 1. Kerangka Layangan


Gambar 2. Ilustrasi Sifat Layangan 

Pada bagian kerangka layangan terdapat konsep dasar matematika seperti garis, panjang, diagonal, titik sudut, dan sudut. Berdasarkan keterangan pada Gambar 2, Kerangka layangan tersebut dapat dijadikan sebagai media dalam pembelajaran matematika sebagai pengenalan sifat-sifat bangun datar layang-layang. Bahwa bangun datar layang-layang memiliki :

  1. Mempunyai empat titik sudut (A,B,C dan D)
  2. Mempunyai dua pasang sisi yang sama panjang
  3. Sepasang sudut yang berhadapan sama besar yaitu sudut B yang sama besar dengan sudut D
  4. Mempunyai dua diagonal yaitu diagonal AC dan BD
  5. Diagonal AC membagi diagonal BD sama panjang dan tegak lurus BD.

Merupakan penjumlahan dari setiap panjang sisinya, karena layang-layang mempunyai dua pasang sisi yang sama panjang, maka rumus keliling layang-layang dapat ditulis sebagai berikut, (2 x AB) + (2 x BC).

Gambar 3. Luas layang-layang dengan pendekatan dua segitiga kongruen

Berdasarkan Gambar 3, diketahui bahwa layangan terbentuk dari dua segitiga yang kongruen atau sama besar yaitu segitiga berwarna putih atau segitiga ACD dan segitiga berwarna ungu atau segitiga ACB. Untuk memperoleh rumus luas bangun datar layang-layang dapat diperoleh melalui pendekatan luas daerah segitiga ACD dan ACB sebagai berikut.

Luas bangun layang-layang = L ∆ACD + L ∆ACB

                                                = (½ × AC × DE) + (½ ×                                                       AC × BE)

                                                 = ½ × AC (DE + BE)

                                                 = ½ × AC × BD

Sehingga dapat diperoleh kesimpulan bahwa rumus luas bangun datar layang-layang = ½ × (diagonal 1) × (diagonal 2)

Bangun datar layang-layang juga dapat dikatakan sebagai bangun datar yang terbentuk dari dua segitiga sama kaki, yaitu segitiga sama kaki BCD dan segitiga sama kaki ABD. Oleh karena itu dalam mencari rumus luas layang-layang dapat dicari dengan luas daerah dua segitiga sama kaki tersebut.      

Gambar 4. Luas layang-layang dengan pendekatan dua segitiga sama kaki

Berdasarkan ilustrasi pada Gambar 4 diatas, rumus luas layang-layang dapat dipeoleh sebagai berikut.
Luas bangun layang-layang = L ∆BCD + L ∆ABD
                                                 = (½ × d1 × a) + (½ ×                                                           d1 × (d2-a))
                                                 = ½ × d1 (a + (d2 – a))
                                                 = ½ × d1 × d2
                                                 = ½ × (diagonal 1) ×                                                          (diagonal 2)

Sehingga dapat diperoleh kesimpulan bahwa rumus luas bangun datar layang-layang = ½ ×(diagonal 1) × (diagonal 2).

Dalam proses pembuatan layangan dibutuhkan perkiraan berkaitan dengan bahan-bahan yang digunakan seperti berapa banyak bilah bambu yang dibutuhkan, berapa lebar plastik atau kertas yang diperlukan, dan berapa panjang benang yang diperlukan untuk dapat menerbangkan layangan. Berdasarkan hal tersebut proses pembuatan layangan dapat dimanfaatkan oleh pendidik dalam kegiatan evaluasi pembelajaran dengan memberikan soal-soal kontekstual berkaitan dengan proses pembuatan layangan. Sesuai dengan pendapat Freudenthal (1991) bahwa fenomena-fenomena nyata dalam kehidupan peserta didik dapat dijadikan sumber belajar matematika, agar peserta didik dapat mengaitkan fenomena tersebut dengan konsep-konsep matematika. 



Komentar